"Kalau di Dunia Ini Hanya Tersisa Satu Kebaikan, Maka Kita Berikan Itu kepada Hofni"

Riauaktual.com - Hopni Indro Gutanjala hanya bisa merintih kesakitan sambil terbaring di tempat tidurnya. Bayi penderita Hidrosefalus ini terus menangis karena kondisi kesehatannya yang terus menurun dari hari ke hari.

Kondisi kepala Hofni yang terus membesar menjadi salah satu penyebab putra pasangan Yanti Gutanjala (22) dan Beno Unwakoli (24) ini hanya bisa terbaring dalam kondisi sangat memprihatinkan di atas tempat tidurnya di sebuah rumah papan sederhana di Keluarahan Siwalima, Kecamatan Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.

Berbagai cara telah dilakukan Yanti demi kesembuhan bayi laki-laki berusia dua tahun ini, termasuk membawanya ke Rumah Sakit Cendrawasi Dobo. Namun usahanya belum membuahkan hasil karena keluarga Hofni tidak punya biaya yang cukup untuk pengobatan bayi malang tersebut.

Menurut Yanti, putranya itu lahir dalam kondisi sangat normal. Namun menjelang usia tiga bulan, kepala Hofni mulai menandakan tanda-tanda perubahan dan akhirnya membesar.

Yanti menceritakan, saat usia kandungannya menginjak 8 bulan, dia pernah terjatuh dan perutnya sempat membentur tanah. Namun waktu itu Yanti tidak merasa sesuatu terjadi pada kandungannya, sehingga dia memilih tidak memeriksakan kendungannya itu ke dokter.

“Waktu usia kandungan saya 8 bulan saya pernah jatuh tapi saya tidak ke dokter karena tidak punya uang. Dan, waktu anak saya lahir kondisnya normal, tapi setelah tiga bulan kepalanya mulai membesar sehingga membuat kami sedih,” kata Yanti kepada Kompas.com, Selasa (6/2/2018).

Setelah kepala Hofni terus membesar dan daya tahan tubuhnya mulai melemah, Yanti yang tinggal dengan kakek dan neneknya itu mulai panik. Meski tidak memiliki biaya, Yanti memutuskan untuk membawa putranya itu ke Rumah Sakit Cendrawasih Dobo untuk proses penyembuhan.

Sayangnya, dokter yang ada di rumah sakit tersebut tidak bisa menangani penyakit putranya itu karena minimnya peralatan medis. Pihak rumah sakit kemudian mengeluarkan surat rujukan agar pihak keluarga membawa Hofni ke rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan. Surat rujukan itu dikeluarkan pihak rumah sakit pada tanggal 2 bOktober 2017.

Menurut Yanti, surat rujukan itu tidak bisa digunakannya untuk membawa Hofni ke Makassar karena dia tidak punya biaya. Kondisi Yanti semakin berat karena suaminya memilih pergi meninggalkannya di saat Hofni masih berada di dalam kandungan.

“Suami sudah pergi meninggalkan saya sejak Hofni masih dalam kandungan, jadi selama ini saya sendiri yang berjuang untuk kesembuhan anak saya,” kata Yanti dengan suara bergetar.

Ibu muda yang kini berstatus janda ini mengaku sempat putus asa dengan keadaan yang dialami putranya itu. Namun dia sadar Hofni adalah harapan hidupnya. Karenanya dia terus berusaha dengan berbagai cara agar putranya itu bisa tetap sembuh.

Karena tidak punya biaya, Yanti hanya bisa memberikan obat-obatan seadanya kepada putranya. Obat-obatan yang diberikan berupa daun-daunan yang direbus dan sebagian lagi ditempelkan ke kepala Hofni.

“Saya merebus daun pinahong lalu memberikan kepada Hofni, saya juga menempelkan ke kepalanya,” ujarnya.

Berharap uluran tangan

Keinginan Yanti untuk membawa putranya itu ke rumah sakit yang layak di luar Maluku harus pupus karena biaya yang harus ditanggungnya sangatlah besar. Sebagai keluarga tidak mampu, Yanti menyadari perjuangannya itu sangatlah membutuhkan uluran tangan dari pihak lainnya.

Yanti menuturkan, meski Pemerintah Daerah Kabupaten Aru telah mengetahui penyakit anaknya itu, namun tidak ada satu pun pejabat daerah yang bersedia. Akibatnya dia hanya bisa pasrah dengan kondisi putranya tersebut.

“Saya ini orang susah, tidak bisa berbuat banyak jadi hanya bisa pasrah. Sampai saat ini pejabat dari Pemda Aru juga tidak ada yang membantu anak saya, tapi tidak apa saya akan terus berusaha,” kata Yanti pasrah.

Hofni sendiri telah memiliki kartu BPJS, namun sayang kartu tersebut tidak dapat digunakan di Rumah Sakit Dobo karena keterbatasan peralatan medis. Dia harus membawa Hofni ke rumah sakit di luar Maluku. Namun lagi-lagi upaya itu kandas karena tidak ada biaya untuk pergi ke rumah sakit luar Maluku. Padahal, dia sudah meminta lagi surat rujukan terbaru.

“Itu yang berat, jadi saya berharap ada uluran tangan dari pihak lainnya. Saya tidak ingin kehilangan anak saya karena dia adalah harapan saya satu-satunya,”ujarnya.

Gerakan moral

Penderitaan yang dialami Hofni menggugah rasa simpati sejumlah relawan dan aktivis kemanusiaan di Dobo dan Kota Ambon.

Melalui gerakan selamatkan Hofni, sejumlah aktivis kemanusiaan dalam beberapa hari terakhir mulai bergerak menggalang bantuan untuk biaya perobatan bayi malang tersebut. Gerakan yang dipimpin Callin Leppury ini pun ikut mengurusi berbagai syarat administrasi untuk proses rujukan Hofni ke Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta.

“Surat rujukan dari rumah sakit sudah kita buat dan tadi sudah keluar, dan untuk BPJS juga kita sudah perpanjang karena BPJS yang dimiliki Hofni saat ini hanya aktif sampai tanggal 8 Maret,” ujarnya.

Callin mengaku, pihaknya bersimpati dengan Hofni dan kemudian bergerak untuk membantu bayi malang tersebut, karena merasa terpanggil. Menurutnya, dia telah mengetahui kondisi Hofni sejak setahun terakhir dari adiknya yang kebetulan berteman dengan Yanti.

“Tapi saat itu setahu saya Hofni ini telah ditangani di RSUD Cendrwasih Aru, faktanya tidak, dokter memberikan surat rujukan ke Makassar dan karena kondisi biaya, Hofni tidak bisa dirujuk ke rumah sakit di sana,” ujarnya.

Dia menjelaskan, gerakan selamatkan Hofni berangkat dari keprihatinan mendalam atas kondisi yang dialami bayi malang itu dan ibunya. Bagi Callin, apa yang dilakukan pihaknya merupakan sebuah gerakan kemanusiaan agar Hofni dapat tertolong dan bisa sehat kembali.

“Ini berkaitan dengan masalah kemanusiaan, jadi memang harus ada gerakan yang dapat menyentuh nurani banyak orang, untuk bisa melihat masalah ini. Saya langsung memposting foto Hofni di media sosial, kemudian ada tanggapan dari banyak orang, termasuk dari Rudi Fofid, selanjutnya kita bertemu dan membuat sebuah grup khusus 'Selamatkan Hofni',” katanya.

Dia mengaku gerakan yang dilakukan itu pun mendapat respons positif dari banyak pihak. Meski begitu, Callin mengaku keluarga Hofni masih sangat membutuhkan bantuan biaya untuk keberangkaatan ke Jakarta dan biaya makan serta biaya lainnya selama berada di sana.

“Kalau di dunia ini hanya tersisa satu kebaikan saja maka kita akan berikan itu kepada Hofni agar dia bisa tetap sembuh dan bisa kembali tertawa dan bermain sama seperti anak-anak lainnya,” kata Callin. (Wan)

 

Sumber: kompas.com

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index